PESAN DEDAUNAN
Di bawah rindangnya pohon-pohon hijau
Kau singgah di kakinya
Kau datang dengan membawa kesedihanmu
Pilu dan pedihnya luka karena goresan belati di hatimu
Kau tahan bendungan tetesan itu
Tapi sia-sia
Mata indahmu
Tak mampu menahannya
Mereka jatuh membasahi pipimu
Seperti jatuhnya dedaunan kering dari pohon rindang itu
Semakin kau menangis
Semakin banyak dedaunan yang jatuh di atas mahkota indahmu
Tidakkah kau sadar
Dedaunan itu memberikanmu pesan
Pesan yang menyadarkanmu
Menghentikan tetesan air dari matamu
"Berhentilah menangis untuk seseorang yang tidak bisa
menghargai setiap tetesan air matamu"
SEBERKAS KEBAHAGIAAN
Rona merah jambu terlihat jelas di wajahku
Segaris senyum tergambar di bibirku
Seberkas cinta terpancar dimataku
Hari demi hari
Berjalan diiringi kerikil-kerikil kecil
Setiap detikku
Kulewatkan untuk merasakan nyamannya genggamanmu
Bahagia kurasa?
Ya
Tapi itu hanya sesaat
Disaat tenangnya lautan di hatiku
Kau kacaukan dengan badai dari bibirmu
Rona merah jambu terlihat jelas di wajahku
Senyum tergambar di bibirku
Cinta terpancar dimataku
Berubah menjadi gelapnya awan mendung di malam hari
Hujan dari bendungan air di mataku
Tumpah membasahi wajahku
Kata-kata yang tak pernah kubayangkan
Kata-kata yang tak pernah kuinginkan
Kau ucapkan diselangi segaris senyum di bibirmu
Yang tertera di bawah ini, karya yang memang sengaja tidak diberi judul. karena terkadang, judul belum tentu menjelaskan/menggambarkan keseluruhan dari sebuah karya. Setiap font baru, artinya kaya yang baru. Memang lumayan susah untuk mengetahui mana yang baru, mana yang masih kelanjutannya. Tapi, saya yakin, kalian bisa membedakannya.
Sulit bagiku untuk melangkah maju,
disaat mataku tetap melihat kebelakang, dan berharap ada hadirmu disana.
Sulit bagiku untuk melupakanmu, disaat
refleksi dirimu selalu menghantui pikiranku.
Bayang-bayangmu selalu memanggilku untuk
berbalik kebelakang.
Seakan-akan
mengatakan “Aku disini, aku kembali. Mari lanjutkan kembali kisah yang sempat terhenti ini”
Sangat sulit menjadi diriku, bukan?
Sangat sulit ketika semua indera
ditubuhku mengingatkan akan dirimu.
Mengingatkan akan wajahmu, suaramu,
aromamu, gaya bicaramu, detak jantungmu.
Sulit disaat semua kenangan itu datang,
dan tinggal di dalam diriku.
Disini, mataku tertuju kepada satu celah.
Celah yang dimana setiap orang bisa datang dan pergi.
Mata ini terus memandang kearah celah itu.
“Apa yang dilakukannya?”
Menunggu
Menunggu
sosokmu datang melewati celah itu, duduk diruangan ini, dan memberi segaris lengkungan dibibirku.
“Mengapa bisa ada lengkungan itu?”
Tak kau sadari, tak mungkin juga kuberi tahu.
Hadirmu, aromamu, langkah kakimu, menambah semangatku
untuk melewati hal-hal sulit ini.
Detak
jantung ini semakin berdebar, jika langkah kakimu terdengar.
Walaupun
aku tak mampu memandang kearah datangnya sosokmu, tetapi diri ini tahu, dimana letakmu diruangan yang
luas ini.
“Mengapa bisa?”
Tanyakan saja pada debaran yang menggebu-gebu ini.
Debaran yang tak kau sadari, kau hadirkan di relung
kosong ini.
Ada saatnya dimana kesedihanmu,
tak berujung pada sebuah tetesan air mata.
Ada saatnya dimana kecewamu,
tak berujung pada semua amarah.
Tetapi
akan ada saatnya dimana,
amarahmu
yang berujung pada sebuah tetesan air mata.
“Mengapa?”
Karena ada kalanya,
tetesan air mata tak mampu membuang kesedihan.
Ada kalanya, amarah tak menggambarkan kekecewaan.
Sebuah
amarah bisa muncul karena,
kesedihan
dan kekecawaan yang datang secara bersamaan.
Amarah yang tidak bisa diungkapkan dengan emosi dan
kata-kata.
Amarah yang menyesakkan dadamu, yang tidak bisa kau tahan.
Yang akhirnya tumpah menjadi keping-keping air mata
dalam tangisanmu.
Banyak yang ingin kuungkapkan
sekarang,
tentang kejadian dimana kau meninggalkanku.
“Kenapa baru sekarang?”
Mungkin kau bertanya.
Tahu
satu hal yang ku inginkan, setelah telinga ini mendengarmu mengatakan hal itu?
“MENGHILANG!!”
Aku
ingin menghilang dari tempat itu, lalu berada dikamarku, dan meluapkan semua harapanku yang kau pupuskan.
Itu alasan mengapa aku hanya diam
saja, dan mengiyakan semua yang kau katakan.
Aku ingin cepat-cepat berlalu dari
tempat itu.
Tetapi kau menahanku lebih kama.
Entah maksudmu untuk ucapan selamat
tinggal. Aku tak tahu.
Aku
tidak pernah siap akan sebuah perpisahan, terlebih denganmu.
Tapi
dari cara ucapan “selamat tinggalmu”, sangat menunjukkan bahwa kau sudah sangat siap dengan perpisahan ini.
Seperti
kau sudah menyiapkannya dari hari-hari lalu.
Yasudahlah.
Kubungkus harapan yang kau “Pupuskan”
ini, sebagai hadiah perpisahan kita.
Kusimpan di dalam kegelapan hati
ini, yang akan terus menghantui setiap detikku.
Selanjutnya, ini bisa dibilang mirip quotes. Hanya terdiri dari beberapa kalimat, dan tidak membentuk bait.
"Merelakan seseorang disaat kita tidak bersamanya, memang mudah, Tapi, apakah masih mudah, jika kita merelakan seseorang disaat kita masih bersamanya?"
"Aku sadar, aku yang melepaskannya. Maka dari itu, aku tidak berani kembali, walaupun aku sangat ingin."
"Aneh! aku tidak bisa menemukan jalan keluar, dari lubang yang ku gali sendiri."
"Di depan mata, tapi tak tergapai. Bukan bayangan, tapi tak tersentuh. Mata memandang dekat, tapi kaki mengukur jarak yang jauh. Aku rindu."
Itulah beberapa karya saya. Maafkan kata-kata yang terkadang tidak dimengerti. Karya-karya diatas, mayoritasnya pengalaman hidup. Tidak disarankan untuk mengkopi karena kata-kata yang tidak baku. Bukannya melarang, hanya saja akan ada beberapa orang yang sulit untuk memahami maksud dari beberapa karya tersebut. Suatu saat, akan saya tambahkan karya yang lainnya. Terimakasih :)